Rabu, Juli 16, 2014

Perilaku Agresi di Kalangan Mahasiswa Saat Pelaksanaan Ospek

Contoh Kasus
Mahasiswa Jurusan Planologi Institut Teknologi Nasional (ITN) Malang, Jawa Timur, Fikri Dolasmantya Surya, diduga tewas akibat tindakan kekerasan yang dialaminya saat menjalani kegiatan ospek. Pengelola lokasi ospek maut di Goa Cina, mengaku, melihat beberapa orang menghajar Fikri.
Saksi yang juga teman korban Fikri Dolasmantya Surya, akhirnya angkat bicara terkait kekejaman panitia senior orientasi mahasiswa baru Institut Teknologi Nasional (ITN) Malang.
Itu setelah ramai diberitakan banyak media dan beredarnya foto-foto proses pelaksanaan Orientasi Kemah Bakti Desa di kawasan Goa Cina, Kecamatan Sumbermanjing Wetan, Malang, Jawa Timur, yang digelar jurusan Planologi ITN dan merenggut nyawa Fikri Dolasmantya Surya.
Namun, demi keamanan dan keselamatan, seorang saksi yang juga mengikuti Ospek ITN bersama Fikri itu, meminta untuk tidak diambil gambar dan ditulis nama lengkap di media.
Mahasiswa berinisial J itu, Selasa (10/12/2013), menceritakan hingga kini ia dan teman-teman seangkatannya masih ingat perlakuan kasar panitia para seniornya.
"Peserta diinjak-injak saat disuruh push up. Lalu dipukul pakai sandal, dan benda lainnya yang dipegang panitia. Ada teman lainnya yang disuruh berhubungan layaknya suami sitri," katanya.
Namun, kata J, permintaan hubungan suami istri itu bukan dilakukan antara laki dan perempuan. "Tetapi antara sesama laki-laki. Bukan perempuan dan laki-laki," akunya.
Aksi brutal lainnya yang dilakukan panitia Ospek ITN, lanjut J, adalah adanya beberapa mahasiswi yang disiram air bawang hingga mata mereka melepuh. "Juga disuruh minum air laut sebanyak-banyaknya hingga kembung. Kita juga disuruh tangan menyentuh tanah hingga berwarna hitam. Jika sudah hitam, baru boleh makan nasi yang disiapkan," kisah J.
Jika tangan semua peserta Ospek belum terlihat hitam, kata J, peserta disuruh merebah ke tanah. Lalu tangan mereka diinjak-diinjak oleh panitia hingga hitam. "(Setelah itu, red) baru boleh makan nasi," katanya.
Perlakuan tidak wajar lainnya, kata J, setelah selesai makan nasi, peserta disuruh minum air mineral 1 hingga 2 botol saja untuk satu angkatan. "Demikian itu yang saya alami dan juga dialami oleh almarhum Fikri," katanya.
Soal kematian Fikri itu, J dan ratusan mahasiswa baru lainnya baru tahu setelah berada di kampus ITN. "Saat di lapangan, teman-teman memang tidak mengetahui secara pasti kejadian meninggalanya Fikri. Karena saya dan teman-teman berbeda di kelompok," katanya.
Namun demikian, kata J, saat kejadian, peserta Ospek lainnya hanya mendengar suara teriakan Fikri ketika mengalami kesakitan akibat dipukuli panitia. "Teman-teman hanya bisa mendengar terikan kesakitannya Fikri. Karena posisi teman-teman saat itu membelakangi Fikri," katanya.
J menduga Fikri disiksa saat dirinya mengatakan siap melindungi peserta lainnya yang mendapatkan kekerasan dari panitia. "Fikri bilang siap melindungi teman-teman semua dari perlakuan para fendem (panitia/keamanan Ospek). Mungkin akibat pernyataan itu Fikri mengalami kekerasan yang berlebihan dari para fendem itu," kata J.
Menurutnya, kegiatan Ospek itu sudah mendapatkan izin dari pihak kampus ITN. Namun, pihak kampus tidak mengetahui Ospek itu jadi ajang kekerasan para senior.
"Para dosen memang memantau ke lokasi. Tapi hanya datang saat siang hari hingga sore hari. Malam harinya sudah tidak ada para dosen yang mengawasinya. Para mahasiswa baru tidak berani melaporkan kekerasan itu pada para dosen," katanya.






Agresi, agresi adalah tindakan melukai yang disengaja oleh seseorang atay intuisi terhadap orang atau instuisi lain yang sejatinya disengaja. Orientasi Studi dan Pengenalan Kampus atau Ospek merupakan kegiatan untuk memperkenalkan kampus kepada mahasiswa baru. Kegiatan ini merupakan kegiatan institusional yang menjadi tanggung jawab Universitas untuk mensosialisasikan kehidupan di Perguruan Tinggi dan proses pembelajaran yang pelaksanaannya melibatkan unsur pimpinan universitas, fakultas, mahasiswa dan unsur-unsur lainnya yang terkait.
Adapun tujuan OSPEK adalah:
Membuat mahasiswa baru mengenali dan memahami lingkungan kampus sebagai suatu lingkungan akademis serta memahami mekanisme yang berlaku di dalamnya. Untuk menambah wawasan mahasiswa baru dalam penggunaan sarana akademik yang tersedia di kampus secara maksimal. Serta memberikan pemahaman awal tentang wacana kebangsaan serta pendidikan yang mencerdaskan berdasarkan pada nilai-nilai kemanusiaan. Dan diharapkan dapat menumbuhkan rasa persaudaraan kemanusiaan di kalangan civitas akademika dalam rangka menciptakan lingkungan kampus yang nyaman, tertib, dan dinamis. Kegiatan Ospek yang diselenggarakan ini tentunya berkaitan dengan mahasiswa, biasanya pelaksanaan ospek dilakukan oleh Mahasiswa Senior kepada Mahasiswa – mahasiswa baru atau sering juga disebut dengan Junior. Pengertian Mahasiswa itu sendiri menurut KBBI pengertian mahasiswa adalah orang yang belajar di perguruan tinggi,secara adminitrasi mereka terdaftar sebagai murid di perguruan tinggi. Namun dalam artian yang lebih luas mahasiswa adalah pembawa perubahan.
Berikut ini adalah peran Mahasiswa seharusnya adalah sebagai Agent Of Change,Control Social, dan Iron Stock. Mahasiswa sebagai Agent Of Change, yaitu mahasiswa sebagai agen perubahan dituntut bersifat kritis dan harapan bangsa terhadap mahasiswa adalah menjadi generasi penerus yang memiliki loyalitas tinggi terhadap kemajuan bangsa. Mahasiswa sebagai Control Social, yaitu mahasiswa menjadi penengah antara Pemerintah dan masyarakat, disinilah peranan mahasiswa sebagai pengontrol peraturan. Selanjutnya mahasiswa sebagai Iron Stock,  mahasiswa diharapkan menjadi manusia tangguh yang memiliki kemampuan dan akhlak mulia yang nantinya dapat menggantikan generasi sebelumnya menjadi lebih baik.
Dari tujuan ospek dan peran mahasiswa yang sudah dijelaskan diatas tentunya sangat bertentangan dengan kasus yang terjadi di Perguruan Tinggi ITN, ospek yang seharusnya menjadi kegiatan pengenalan kampus dari para mahasiswa senior kepada mahasiswa junior justru malah dijadikan para senior untuk melakukan perponcolan, juga tindakan agresi baik itu  secara fisik maupun verbal kepada juniornya. Tentu saja kejadian agresi yang dilakukan senior pada juniornya ini sangat di sayangkan dimana seharusnya peran mahasiswa diharapkan memiliki ahlak yang mulia, dan memiliki loyalitas yang tinggi karena mahasiswalah nantinya sebagai generasi penerus Bangsa. Bagaimana bisa senior-senior ini menjadi lebih baik, bila baru diberikan sedikit wewenang saja sudah melakukan agresi. Agresi dilakukan dalam bentuk verbal maupun fisik. Agresi dalam bentuk verbal misalnya seperti saat senior membentak – bentak junior dan memarahi para junior hanya karena masalah kecil yang dibesar – besarkan. Agresi fisik yaitu perilaku yang menyebabkan bahaya atau rasa sakit, seperti misalnya membuat para junior untuk mematuhi segala perintah yang di ajukan oleh para senior secara fisik, berupa hukuman – hukuman yang tidak seharusnya dan tidak terdapat dalam tujuan awal diselenggarakannya Ospek.
 Bentuk agresi fisik maupun verbal yang dilakukan senior pada juniornya ini biasanya karena senior merasa bahwa ia lebih tahu dan mengerti daripada para juniornya, senior merasa bahwa mereka memang patut di hormati. Sistem senioritas ini terkait dengan “hierarki komando” yang biasanya digunakan oleh militer, karena kebutuhan organisasi militer akan adanya suatu kepatuhan tanpa pertanyaan dari bawahan atau junior pada atasannya atau senior. Sayangnya sistem senioritas yang ideal hanya untuk militer, ternyata diadopsi secara sengaja maupun tidak ke berbegai institusi non-militer oleh penguasa orde baru diantaranya institusi pendidikan non-apatur. Proses adopsi inilah yang dikemudian melahirkan eksis negative, yaitu orang-orang yang memiliki “sindrom senioritas”. Penyimpangan ini tentu saja mengkhawatirkan dunia pendidikan Indonesia, kegiatan Ospek yang seharusnya dijadikan sebagai ajang untuk memperkenalkan lingkungan menjadi ajang perponcolan. Sifat suka mengintimidasi, bullying, agresi  sudah pasti tidak dapat diterima dimanapun. Melemparkan suatu ejekan atau kekerasan pada orang-orang yang tak berdaya, mengintimidasi dan mengendalikan orang lain karena diri sendiri sudah merasa baik adalah cara yang paling menyedihkan untuk melampiaskan emosional dan psikologis.
Biasanya beberapa alasan seseorang melakukan tindakan agresi adalah ketika seseorang mengalami satu kondisi emosi tertentu. Yang sering terlihat adalah emosi marah. Alasan lain adalah karena hubungan yang tidak harmonis antara keluarga dan anak sehingga ia mencari kesenangan diluar dengan cara mengintimidasi orang lain, kemudian ia pernah di intimidasi sebelumnya oleh pihak lain sehingga ia membalaskannya pada juniornya. Kemudian, kurangnya rasa empati terhadap sesamapun membuat seseorang bahkan tidak merasakan rasa bersalah ketika menyakiti perasaan orang lain, seperti misalnya melakukan agresi baik fisik maupun agresi verbal. Adanya kecemburuan, kemarahan, dan tekanan dari teman. Tekanan dari teman sebaya dapat menyebabkan seseorang yang tadinya pendiam menjadi ikut serta dalam tindakan bullying, agresi maupun mengintimidasi orang lain. Hali itu bisa saja dilakukan agar ia dapat diterima dalam suatu kelompok tertentu. Biasanya agresi dilakukan karena adanya ketimpangan system structural pendidikan secara keseluruhan. Nilai – nilai social, aspek budaya, dan factor structural masyarakat.
Penyebab yang memungkinkan seseorang melakukan agresi, ada berbagai macam.  Ada faktor sosial, personal, kebudayaan, situsional, sumber daya, media massa.
Dalam factor social frustasi (terhambatnya upaya mencapai tujuan) kerap menjadi penyebab agresi. Agresi tidak selalu muncul karena frustasi. Manusia, misalnya petinju dan tentara dapat melakukan agresi karena alasan lain. Namun, frustasi dapat menimbulkan agresi jika penyebab frustasi dianggap tidak sah atau tidak dibenarkan (hipotesis frustasi menurut Dollard dan Miller, 1939). Provokasi verbal atau fisik adalah salah satu penyebab agresi.
Factor personal, pola tingkah laku berdasar kepribadian. Orang dengan pola perilaku tipe A cenderung lebih agresif daripada tipe B. Tipe A identik dengan karakter terburu – buru dan kompetitif (Gifford R, 1993, dalam Gifford, 1997; Baron and Byrne, 1994; Taylor, 1999). Tipe B identik dengan sabar, kooperatif, nonkompetisi, dan non agresif (Feldman, 2008).  Orang dengan tipe A cenderung melakukan Hostile Agression (agresi dengan tujuan melukai atau menyakiti orang lain). Sedangkan tipe B cenderung melakukan Instrumental Agression (agresi yang dilakukan karena adanya tujuan utama yang tidak ditujukan untuk melukai orang lain). Hal dasar lain yang perlu diketahui adalah, perbedaan jenis kelamin. Sering diungkapkan bahwa laki – laki lebih agresif daripada perempuan (Haris dan Knight-Bohnhoff, 1996 dalam Hadad dan Glassman, 2004; Feldman, 2008). Penelitian Bandura (1961 dalam Jarvis, 2000) menguatkan eksperimen tersebut.
Factor kebudayaan, beberapa ahli dari berbagai bidang ilmu seperti antropologi dan psikologi, seperti Segall, Dasen, Berry dan Poortinga, (1999); Kottak (2006); Gross (1992); Price dan Crapo (2002 dalam Hadad dan Glassman, 2004) menengarai factor kebudayaan terhadap agresi. Lingkungan geografis seperti pantai/pesisir, menunjukkan karakter lebih keras daripada masyarakat yang hidup di pedalaman.
Factor situasional, penelitian terkait dengan cuaca dan tingkah laku menyebutkan bahwa ketidaknyamanan akibat panas menyebabkan kerusuhan dan bentuk – bentuk agresi lainnya (Harries K, Stadler, 1983 dalam Gifford, 1997).
Factor sumber daya, manusia senantiasa ingin memenuhi kebutuhannya karena itu merupakan salah satu pendukung utama kehidupan. Daya dukung alam tidak selamanya akan mencukupi manusia, karena itu dibutuhkan upaya lebih. Pertama diawali dengan tawar menawar, kemudian mengambil paksa dari pihak lainnya.
Factor media massa, kasus Ryan (perilaku pembunuhan dan mutilasi) menjadi inspirasi dari sebuah pembunuhan yang diikuti pemutilasian oleh Sri Rumiyati (Kompas, 10 November 2008). Rumiyati yang membunuh suaminya ternyata selalu mengikuti perkara pembunuhan yang dilakukan oleh Ryan ketika itu banyak dibicarakan di media massa. Oleh karena itu Rumiyati mengikuti cara Ryan untuk menghilangkan bukti. Pengakuan Rumiyati ini merupakan pemeriksaan dari Tim  Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM).
Menurut Sigmund Freud, setiap orang mempunyai insting bawaan untuk berperilaku agresi. Agresi merupakan derivasi insting mati (thanatos) yang harus disalurkan untuk menyeimbangkannya dengan insting hidup (eros). Eros dan thanatos ini harus diseimbangkan untuk menstabilkan mental. Kemudian frustasi, frustrasi adalah terhalangnya seseorang oleh sesuatu hal dalam mencapai suatu tujuan, kebutuhan, keinginan, pengharapan atau tindakan tertentu. Teori hipotesis frustrasi-agresi dipelopori oleh lima orang ahli yaitu Dollard, Doob, Miller, Mowrer, dan Sears pada tahun 1939. Frustasi yang disebabkan situasi yang tidak menentu (uncertaint) akan memicu perilaku agresi lebih besar dibandingkan dengan frustasi karena situasi yang menentu.
Peran Belajar Model Kekerasan, Menurut Bandura, Baron, dan Berkowitz menyatakan bahwa perilaku agresi merupakan hasil dari proses belajar sosial. Hal ini bertentangan dengan pendapat Sigmund Freud yang menyatakan bahwa sejak lahir setiap individu telah mempunyai insting agresi. Di Indonesia sendiri beberapa waktu lalu ada acara-acara TV yang menyajikan acara khusus perkelahian yang sangat populer seperti Smack Down. Walaupun pembawa acara berulang kali mengingatkan penonton untuk tidak mencontohapa yang mereka saksikan namun diyakini bahwa tontonan tersebut akan berpengaruh terhadap perkembangan jiwa penontonnya.
Bukankah sangat mengenaskan dunia pendidikan kita saat ini, Mahasiswa yang seharusnya berperilaku sebagai seseorang yang mampu menengahi antara masyarakat dengan pemerintah, yang seharusnya memiliki ahlak dan berbudi pekerti luhur justru malah berbuat seperti layaknya orang – orang yang tidak pernah mengenyam pendidikan sebelumnya. Bagaimana bisa kegiatan Ospek yang seharusnya menjadikan Mahasiswa baru menjadi lebih mengerti tugas mereka kelak di Perguruan Tinggi justru malah di berikan perlakuan seperti seseorang yang sedang mengalami hukuman, para senior bertindak semena – mena dan jauh dari aturan yang sudah ada. Bukannya mendidik mahasiswa baru, para senior ini justru malah berprilaku seolah – olah mereka yang memiliki kuasa atas seluruh juniornya saat itu. hingga mereka tak tanggung – tanggung melakukan tindakan agresi baik secara fisik maupun verbal, hingga akhirnya terjadilah kasus seperti di ITN Malang. Yang menyebabkan satu Mahasiswa meninggal saat pelaksanaan Ospek. Tentu saja hal ini sangat disayangkan, agar tidak terjadi hal demikian untuk kedua kalinya


TEORI

Teori Agresi Adler (1956)
Adler meyakini bahwa beberapa orang yang menggunakan agresi (aggression) umtuk melindungi superioritas mereka yang berlebihan, yaitu untuk melindungi harga diri mereka yang rapuh. Perlindungan melalui agresi bisa berbentuk depresiasi, dakwaan, atau mendakwa diri sendiri. Misalnya dalam kasus : Ketika senior di dalam kasus ITN melakukan tindakan agresi baik verbal maupun fisik pada junior yang tidak mematuhi apa yang dikatakan senior dengan maksud melindungi harga diri mereka sebagai senior.
Depresiasi (depreciation) adalah kecenderungan untuk menilai rendah pencapaian orang lain dan meningkatkan penilaian terhadap diri sendiri. Kecenderungan untuk melindungi semacam ini jelas terlihat dalam perilaku agresi. Maksud dari perilaku semacam itu adalah untuk merendahkan orang lain sehingga orang yang berbicara akan ditempatkan dengan lebih baik. Misalnya dalam kasus : Senior merasa bahwa merekalah yang paling tahu sehingga junior harus tunduk dan patuh kepadanya. Meskipun junior berkata benar, namun sang senior tetap akan menilai rendah karena mereka merasa bahwa merekalah yang lebih baik.
Dakwaan (accusation) adalah kecenderungan menyalahkan orang lain untuk kegagalan seseorang dan untuk membalas dendam demi melindungi harga dirinya yang lemah. Orang yang tidak sehat tanpa kecuali bertindak untuk membuat orang lain disekitarnya menderita daripada dirinya. Misalnya : Senior yang melakukan agresi pada juniornya memiliki motif balas dendam karena dulu mereka juga pernah diperlakukan hal yang sama oleh senior mereka sebelumnya. Dan dengan alasan untuk melindungi harga diri mereka, akhirnya mereka melakukan hal yang sama kepada junior mereka saat ini.
Mendakwa diri sendiri (self-accusation) ditandai dengan menyiksa diri sendiri dan memenuhi diri sendiri dengan perasaan bersalah. Beberapa orang menyiksa dirinya sendiri, termasuk didalamnya masokisme, depresi, dan bunuh diri, sebagai cara untuk melukai orang yang dekat dengan mereka. Rasa bersalah seringkali adalah bentuk perilaku mendakwa diri sendiri secara agresif.
Mendakwa diri sendiri merupakan kebalikan dari Depresiasi, bila depresiasi melakukan agresi dengan menyakiti orang lain agar orang lain menderita bila mendakwa diri sendiri yaitu tindakan agresi dengan cara menyakiti diri sendiri agar orang lain menderita.
Sigmund Freud menyatakan bahwa manusia pada umumnya memiliki 2 insting yaitu insting untuk mati dan insting untuk hidup. Agresi terutama timbul dari keinginan untuk mati yang kuat yang dimiliki oleh semua orang. Insting ini awalnya memiliki tujuan self-destruction tetapi segera arahnya dirubah keluar, kepada orang lain. Itulah sebabnya mengapa manusia memiliki keinginan untuk menyakiti orang lain.  Para sosiobiologis juga berpendapat bahwa agresi adalah sebuah kecenderungan yang diwariskan karena dapat membantu untuk mempertahankan hidup dan reproduksi. Agresi muncul terutama dari insting berkelahi (fighting instinct) bawaan yang dimiliki oleh manusia dan spesies lainnya.
Determinan social dari agresi ada 6, yaitu:
Frustasi, Ada 2 pernyataan penting pada hipotesis frustasi-agresi (frustassion-aggression hypothesis) frustasi selalu memunculkan bentuk tertentu dari agresi, agresi selalu muncul dari frustasi. Frustasi mengakibatkan terangsangnya suatu dorongan untuk menyakiti obyek atau orang lain yang dipersepsikan sebagai obyek frustasi. Sering kali agresi adalah hasil provokasi (provocation—tindakan oleh orang lain yang cenderung memicu agresi pada diri si penerima, sering kali tindakan tersebut dipersepsikan berasal dari maksud jahat—fisik atau verbal dari orang lain. Ketika kita sedang menerima suatu bentuk agresi orang lain, kita jarang mengalah. Sebaliknya, kita cenderung untuk membalas, memberikan agresi sebanyak yang kita telah terima.
Agresi yang dipindahkan (displaced aggressionagresi terhadap seseorang yang bukan sumber dari provokasi yang kuat; agresi dipindahkan terjadi karena orang yang melakukannya tidak ingin atau tidak dapat melakukan agresi terhadap sumber provokasi awal. Keterangsangan yang meningkat  apapun sumbernya dapat meningkatkan agresi, sebagai respons terhadap provokasi, frustasi dan factor-faktor lain. Teori transfer eksitasi (excitation transfer theory) adalah suatu teori yang menyatakan bahwa keterangsangan yang dihasilkan dalam satu situasi dapat tersisa dan memperkuat reaksi emosional yang timbul dalam situasi berikutnya.
Teori Alam Tidak Sadar, Sigmun Freud
Alam tidak sadar (unconscious) menjadi tempat bagi segala dorongan, desakan, maupun insting yang tidak kita sadari tetapi ternyata mendorong perkataan, perasaan dan tindakan kita. Sekalipun kita sadar perilaku kita nyata, sering kali kita tidak menyadari proses mental yang ada dibalik perilaku tersebut. Misalnya, seseorang melakukan tindakan agresi secara verbal tetapi tidak memahami benar – benar apa yang ia lakukan dalam tindakannya, yang bisa saja bersifat tidak rasioanal.
Teori Id
Sebagai wilayah – wilayah dorongan dasar (dorongan utama), id beroperasi berdasarkan proses pertama (primary process). Oleh karena id menggunakan kacamata kuda dalam upaya memenuhi prinsip kesenangan, maka id bertahan dengan bergantung pada pengembangan proses sekunder (secondary process) yang membuatnya dapat berhubungan dengan dunia luar.
Sifat Merusak menurut Ericc Fromm
Seperti authoriatarism, sifat merusak (destructiveness) berasal dari perasaan kesendirian, keterasingan, dan ketidakberdayaan. Namun berbeda dengan sadism dan masokisme, sifat merusak ini tidak bergantung pada hubungan berkesinambungan dengan orang lain, melainkan mencari jalan untuk menghilangkan orang lain. Walau demikian, dengan menghancurkan orang atau bangsa lain, orang – orang dengan sifat merusak menghapuskan banyak hal dari dunia luar sehingga memperoleh keterasingan dan tidak diterima dalam masyarakat.
Beberapa perspektif besar yang menjelaskan Agresi, yakni perspektif biologis, psikoanalisis, behavioristik.
·         Perspektif biologis K. Lorenz merupakan yang mempelajari manusia dalam konteks biologis. Perspektif biologis menekankan pada tingkah laku hewan sebagai rujukan tingkah laku manusia agresivitas manusia sama halnya agresivitas hewan dan fungsi – fungsi alami organ tubuh
·         Perspektif psikoanalisis Sigmun Freud, psikoanalisis melihat agresi merupakan bagian dari insting yang merupakan bawaan alami manusia
Perspektif behavioristik Bandura, melihat bahwa tingkah laku agresi adalah salah satu bentuk tingkah laku yang rumit. Oleh karena itu, dibutuhkan pembelajaran yang artinya agresivitas tidaklah alami.
  

KESIMPULAN
SARAN :
Ada baiknya kita mengetahui hal – hal apa saja yang dapat dilakukan untuk pencegahan agresi, baik secara individu maupun intuisi ada baiknya kita sebagai manusia paling tidak membekali diri agar tidak hal yang sama dengan kasus yang telah di ambil sebagai contoh. Memberikan Hukuman (punishment) pemberian konsekuensi yang menyakitkan untuk mengurangi perilaku tertentu. Hukuman harus diberikan sesegera mungkin setelah kita mengetahui adanya kesalahan. Hukuman yang diberikan juga harus kuat, dan pasti agar kesalahan tidak dilakukan kembali.
1.      Hukuman terkadang juga tidak begitu efektif dalam mengurangi agresi. Hipotesis katarsis (catharsis hypothesis yaitu pandangan bahwa menyediakan suatu kesempatan pada orang yang sedang marah untuk mengekspresikan impuls-impuls agresif mereka dengan cara yang relative aman akan mengurangi tendensi mereka untuk terlibat dalam bentuk agresi yang lebih berbahaya. Namun sayangnya Hipotesis kataris ini juga kurang efektif.
2.      Intervensi kognitif, permintaan maaf pengakuan kesalahan-kesalahan yang meliputi permintaan ampun atau maaf dan mengatasi deficit kognitif salah satunya dengan preattribution (mengatribusikan tindakan mengganggu yang dilakukan orang lain pada penyebab yang tidak disengaja sebelum provokasi benar-benar terjadi).
3.      Teknik lainnya adalah mencegah diri sendiri (atau orang lain) terhanyut pada kesalahan sebelumnya, baik yang nyata maupun yang diimajinasikan. Keberadaan model non agresif dapat berfungsi sebagai penyeimbang kekerasan terbuka yang terjadi. Pelatihan dalam keterampilan social Teknik respons yang tidak tepat (incompatible response technique suatu teknik untuk mengurangi agresi di mana individu dipaparkan pada kejadian atau stimulus yang menyebabkan mereka mengalami keadaan afeksi yang tidak tepat dengan kemarahan atau agresi. Contoh: membuat diri sendiri tertawa dengan mengingat hal yang lucu ketika merasa sedang marah.

Daftar Pustaka
Penakita.com  (2012, 23 Juni). MOS Jadi LOS. Apa Saja Perubahannya?. Diperoleh 05 Mei 2014. Dari http://penakita.com/mos-jadi-los-apa-saja-perubahannya/
Man 1 Kendari (2012, 03 Agustus). MOS = Kekerasan di Sekolah. Diperoleh 05 Mei 2014 dari http://mansatukendari.blogspot.com/2012/08/mos-kekerasan-di-sekolah.html?m=1
Bersosial.com (2013, 13 Desember). Ospek Mesum Hingga Jatuh Korban ITN Malang. Diperoleh 05 Mei 2014 https://www.bersosial.com/threads/ospek-mesum-hingga-jatuh-korban-itn-malang.4049/,
Wikipedia. Masa Orientasi Siswa. Diperoleh 05 Mei 2014. Dari
Diah Permatasari (2013, 30 Maret). Senioritas di Sekolah menjadi budaya. Diperoleh 05 Mei 2014. Dari http://diahpermatasari19.blogspot.com/2011/03/senioritas-di-sekolah-menjadi-budaya_30.html?m=1
It’s Annisa Avianti Blog’s (2012, 13 Agustus). Agresi : Sifat dasar, Penyebab dan pengendaliannya. Diperoleh 05 Mei 2014.http://annisaavianti.wordpress.com/2010/08/06/agresi-sifat-dasar-penyebab-dan-pengendaliannya/
Zakir Putra Sadani (2012, 17 Januari). Psikologi Sosial Terhadap Perilaku Agresi. Diperoleh 06 Mei 2012. Dari http://zakirputrasadani.wordpress.com/2012/01/17/psikologi-sosial-terhadap-perilaku-agresi/
#BramArdianto (2013, 11 Oktober). Mengapa Orang Melakukan Tindakan Bully?. Diperoleh 06 Mei 2012. Dari http://bramardianto.com/mengapa-orang-melakukan-tindakan-bully.html
Lukas Siahaan Institute ( 2012, 29 Juli). Cegah Perponcolan. Diperoleh 06 Mei 2014. Dari https://m.facebook.com/LukasSiahaanInstitute/posts/389824944406096
Feist, Jess., Feist, J. Gregory, Theory Of Personality (2009). New York : McGraw-Hill. P 32, 37 – 38, 236.
Sarwono, W. Sarlito, Meinarmo, A. Eko, (2009). Psikologi Sosial. Jakarta : Humanika. p. 152 – 156 &162.