Contoh
Kasus
Mahasiswa
Jurusan Planologi Institut Teknologi Nasional (ITN) Malang, Jawa Timur,
Fikri Dolasmantya Surya, diduga tewas akibat tindakan kekerasan yang dialaminya
saat menjalani kegiatan ospek. Pengelola lokasi ospek maut di Goa Cina,
mengaku, melihat beberapa orang menghajar Fikri.
Saksi
yang juga teman korban Fikri Dolasmantya Surya, akhirnya angkat bicara terkait
kekejaman panitia senior orientasi mahasiswa baru Institut Teknologi Nasional
(ITN) Malang.
Itu
setelah ramai diberitakan banyak media dan beredarnya foto-foto proses
pelaksanaan Orientasi Kemah Bakti Desa di kawasan Goa Cina, Kecamatan
Sumbermanjing Wetan, Malang, Jawa Timur, yang digelar jurusan Planologi ITN dan
merenggut nyawa Fikri Dolasmantya Surya.
Namun,
demi keamanan dan keselamatan, seorang saksi yang juga mengikuti Ospek ITN bersama Fikri
itu, meminta untuk tidak diambil gambar dan ditulis nama lengkap di media.
Mahasiswa
berinisial J itu, Selasa (10/12/2013), menceritakan hingga kini ia dan
teman-teman seangkatannya masih ingat perlakuan kasar panitia para seniornya.
"Peserta
diinjak-injak saat disuruh push up. Lalu dipukul pakai sandal, dan benda
lainnya yang dipegang panitia. Ada teman lainnya yang disuruh berhubungan
layaknya suami sitri," katanya.
Namun,
kata J, permintaan hubungan suami istri itu bukan dilakukan antara laki dan
perempuan. "Tetapi antara sesama laki-laki. Bukan perempuan dan
laki-laki," akunya.
Aksi
brutal lainnya yang dilakukan panitia Ospek ITN, lanjut J, adalah adanya
beberapa mahasiswi yang disiram air bawang hingga mata mereka melepuh.
"Juga disuruh minum air laut sebanyak-banyaknya hingga kembung. Kita juga
disuruh tangan menyentuh tanah hingga berwarna hitam. Jika sudah hitam, baru
boleh makan nasi yang disiapkan," kisah J.
Jika
tangan semua peserta Ospek belum terlihat hitam, kata J, peserta disuruh
merebah ke tanah. Lalu tangan mereka diinjak-diinjak oleh panitia hingga hitam.
"(Setelah itu, red) baru boleh makan nasi," katanya.
Perlakuan
tidak wajar lainnya, kata J, setelah selesai makan nasi, peserta disuruh minum
air mineral 1 hingga 2 botol saja untuk satu angkatan. "Demikian itu yang
saya alami dan juga dialami oleh almarhum Fikri," katanya.
Soal
kematian Fikri itu, J dan ratusan mahasiswa baru lainnya baru tahu setelah
berada di kampus ITN. "Saat di lapangan, teman-teman memang tidak
mengetahui secara pasti kejadian meninggalanya Fikri. Karena saya dan
teman-teman berbeda di kelompok," katanya.
Namun demikian,
kata J, saat kejadian, peserta Ospek lainnya hanya mendengar suara teriakan
Fikri ketika mengalami kesakitan akibat dipukuli panitia. "Teman-teman
hanya bisa mendengar terikan kesakitannya Fikri. Karena posisi teman-teman saat
itu membelakangi Fikri," katanya.
J
menduga Fikri disiksa saat dirinya mengatakan siap melindungi peserta lainnya
yang mendapatkan kekerasan dari panitia. "Fikri bilang siap melindungi
teman-teman semua dari perlakuan para fendem (panitia/keamanan Ospek). Mungkin
akibat pernyataan itu Fikri mengalami kekerasan yang berlebihan dari para
fendem itu," kata J.
Menurutnya,
kegiatan Ospek itu sudah mendapatkan izin dari pihak kampus ITN. Namun, pihak
kampus tidak mengetahui Ospek itu jadi ajang kekerasan para senior.
"Para
dosen memang memantau ke lokasi. Tapi hanya datang saat siang hari hingga sore
hari. Malam harinya sudah tidak ada para dosen yang mengawasinya. Para
mahasiswa baru tidak berani melaporkan kekerasan itu pada para dosen,"
katanya.
Agresi, agresi
adalah tindakan melukai yang disengaja oleh seseorang atay intuisi terhadap
orang atau instuisi lain yang sejatinya disengaja. Orientasi Studi dan
Pengenalan Kampus atau Ospek merupakan kegiatan untuk memperkenalkan
kampus kepada mahasiswa baru. Kegiatan ini merupakan kegiatan institusional
yang menjadi tanggung jawab Universitas untuk mensosialisasikan kehidupan di
Perguruan Tinggi dan proses pembelajaran yang pelaksanaannya melibatkan unsur
pimpinan universitas, fakultas, mahasiswa dan unsur-unsur lainnya yang terkait.
Adapun tujuan
OSPEK adalah:
Membuat
mahasiswa baru mengenali dan memahami lingkungan kampus sebagai suatu
lingkungan akademis serta memahami mekanisme yang berlaku di dalamnya. Untuk menambah
wawasan mahasiswa baru dalam penggunaan sarana akademik yang tersedia di kampus
secara maksimal. Serta memberikan pemahaman awal tentang wacana kebangsaan
serta pendidikan yang mencerdaskan berdasarkan pada nilai-nilai kemanusiaan.
Dan diharapkan dapat menumbuhkan rasa persaudaraan kemanusiaan di kalangan civitas
akademika dalam rangka menciptakan lingkungan kampus yang nyaman, tertib, dan
dinamis. Kegiatan Ospek yang diselenggarakan ini tentunya berkaitan dengan
mahasiswa, biasanya pelaksanaan ospek dilakukan oleh Mahasiswa Senior kepada
Mahasiswa – mahasiswa baru atau sering juga disebut dengan Junior. Pengertian
Mahasiswa itu sendiri menurut KBBI pengertian mahasiswa adalah orang yang
belajar di perguruan tinggi,secara adminitrasi mereka terdaftar sebagai
murid di perguruan tinggi. Namun dalam artian yang lebih luas mahasiswa adalah
pembawa perubahan.
Berikut ini
adalah peran Mahasiswa seharusnya adalah sebagai Agent Of Change,Control Social, dan Iron Stock. Mahasiswa sebagai Agent Of
Change, yaitu mahasiswa sebagai agen perubahan dituntut bersifat
kritis dan harapan bangsa terhadap mahasiswa adalah menjadi generasi penerus
yang memiliki loyalitas tinggi terhadap kemajuan bangsa. Mahasiswa sebagai
Control Social, yaitu mahasiswa menjadi penengah antara Pemerintah dan
masyarakat, disinilah peranan mahasiswa sebagai pengontrol peraturan.
Selanjutnya mahasiswa sebagai Iron Stock,
mahasiswa diharapkan menjadi manusia
tangguh yang memiliki kemampuan dan akhlak mulia yang nantinya dapat
menggantikan generasi sebelumnya menjadi lebih baik.
Dari tujuan
ospek dan peran mahasiswa yang sudah dijelaskan diatas tentunya sangat
bertentangan dengan kasus yang terjadi di Perguruan Tinggi ITN, ospek yang
seharusnya menjadi kegiatan pengenalan kampus dari para mahasiswa senior kepada
mahasiswa junior justru malah dijadikan para senior untuk melakukan
perponcolan, juga tindakan agresi baik itu
secara fisik maupun verbal kepada juniornya. Tentu saja kejadian agresi
yang dilakukan senior pada juniornya ini sangat di sayangkan dimana seharusnya
peran mahasiswa diharapkan memiliki ahlak yang mulia, dan memiliki loyalitas
yang tinggi karena mahasiswalah nantinya sebagai generasi penerus Bangsa.
Bagaimana bisa senior-senior ini menjadi lebih baik, bila baru diberikan sedikit
wewenang saja sudah melakukan agresi. Agresi dilakukan dalam bentuk verbal
maupun fisik. Agresi dalam bentuk verbal misalnya seperti saat senior membentak
– bentak junior dan memarahi para junior hanya karena masalah kecil yang
dibesar – besarkan. Agresi fisik yaitu perilaku yang menyebabkan bahaya atau
rasa sakit, seperti misalnya membuat para junior untuk mematuhi segala perintah
yang di ajukan oleh para senior secara fisik, berupa hukuman – hukuman yang
tidak seharusnya dan tidak terdapat dalam tujuan awal diselenggarakannya Ospek.
Bentuk agresi fisik maupun verbal yang
dilakukan senior pada juniornya ini biasanya karena senior merasa bahwa ia
lebih tahu dan mengerti daripada para juniornya, senior merasa bahwa mereka
memang patut di hormati. Sistem senioritas ini terkait dengan “hierarki
komando” yang biasanya digunakan oleh militer, karena kebutuhan organisasi
militer akan adanya suatu kepatuhan tanpa pertanyaan dari bawahan atau junior
pada atasannya atau senior. Sayangnya sistem senioritas yang ideal hanya untuk
militer, ternyata diadopsi secara sengaja maupun tidak ke berbegai institusi
non-militer oleh penguasa orde baru diantaranya institusi pendidikan
non-apatur. Proses adopsi inilah yang dikemudian melahirkan eksis negative,
yaitu orang-orang yang memiliki “sindrom senioritas”. Penyimpangan ini tentu
saja mengkhawatirkan dunia pendidikan Indonesia, kegiatan Ospek yang seharusnya
dijadikan sebagai ajang untuk memperkenalkan lingkungan menjadi ajang
perponcolan. Sifat suka mengintimidasi, bullying, agresi sudah pasti tidak dapat diterima dimanapun.
Melemparkan suatu ejekan atau kekerasan pada orang-orang yang tak berdaya,
mengintimidasi dan mengendalikan orang lain karena diri sendiri sudah merasa
baik adalah cara yang paling menyedihkan untuk melampiaskan emosional dan
psikologis.
Biasanya
beberapa alasan seseorang melakukan tindakan agresi adalah ketika seseorang
mengalami satu kondisi emosi tertentu. Yang sering terlihat adalah emosi marah.
Alasan lain adalah karena hubungan yang tidak harmonis antara keluarga dan anak
sehingga ia mencari kesenangan diluar dengan cara mengintimidasi orang lain,
kemudian ia pernah di intimidasi sebelumnya oleh pihak lain sehingga ia membalaskannya
pada juniornya. Kemudian, kurangnya rasa empati terhadap sesamapun membuat
seseorang bahkan tidak merasakan rasa bersalah ketika menyakiti perasaan orang
lain, seperti misalnya melakukan agresi baik fisik maupun agresi verbal. Adanya
kecemburuan, kemarahan, dan tekanan dari teman. Tekanan dari teman sebaya dapat
menyebabkan seseorang yang tadinya pendiam menjadi ikut serta dalam tindakan
bullying, agresi maupun mengintimidasi orang lain. Hali itu bisa saja dilakukan
agar ia dapat diterima dalam suatu kelompok tertentu. Biasanya agresi dilakukan
karena adanya ketimpangan system structural pendidikan secara keseluruhan.
Nilai – nilai social, aspek budaya, dan factor structural masyarakat.
Penyebab yang
memungkinkan seseorang melakukan agresi, ada berbagai macam. Ada faktor sosial, personal, kebudayaan,
situsional, sumber daya, media massa.
Dalam factor
social frustasi (terhambatnya upaya mencapai tujuan) kerap menjadi penyebab
agresi. Agresi tidak selalu muncul karena frustasi. Manusia, misalnya petinju
dan tentara dapat melakukan agresi karena alasan lain. Namun, frustasi dapat
menimbulkan agresi jika penyebab frustasi dianggap tidak sah atau tidak
dibenarkan (hipotesis frustasi menurut Dollard dan Miller, 1939). Provokasi
verbal atau fisik adalah salah satu penyebab agresi.
Factor personal,
pola tingkah laku berdasar kepribadian. Orang dengan pola perilaku tipe A
cenderung lebih agresif daripada tipe B. Tipe A identik dengan karakter terburu
– buru dan kompetitif (Gifford R, 1993, dalam Gifford, 1997; Baron and Byrne,
1994; Taylor, 1999). Tipe B identik dengan sabar, kooperatif, nonkompetisi, dan
non agresif (Feldman, 2008). Orang
dengan tipe A cenderung melakukan Hostile
Agression (agresi dengan tujuan melukai atau menyakiti orang lain).
Sedangkan tipe B cenderung melakukan Instrumental
Agression (agresi yang dilakukan karena adanya tujuan utama yang tidak
ditujukan untuk melukai orang lain). Hal dasar lain yang perlu diketahui
adalah, perbedaan jenis kelamin. Sering diungkapkan bahwa laki – laki lebih
agresif daripada perempuan (Haris dan Knight-Bohnhoff, 1996 dalam Hadad dan Glassman, 2004; Feldman,
2008). Penelitian Bandura (1961 dalam Jarvis, 2000) menguatkan eksperimen
tersebut.
Factor
kebudayaan, beberapa ahli dari berbagai bidang ilmu seperti antropologi dan
psikologi, seperti Segall, Dasen, Berry dan Poortinga, (1999); Kottak (2006);
Gross (1992); Price dan Crapo (2002 dalam
Hadad dan Glassman, 2004) menengarai factor kebudayaan terhadap agresi.
Lingkungan geografis seperti pantai/pesisir, menunjukkan karakter lebih keras
daripada masyarakat yang hidup di pedalaman.
Factor
situasional, penelitian terkait dengan cuaca dan tingkah laku menyebutkan bahwa
ketidaknyamanan akibat panas menyebabkan kerusuhan dan bentuk – bentuk agresi
lainnya (Harries K, Stadler, 1983 dalam Gifford,
1997).
Factor sumber
daya, manusia senantiasa ingin memenuhi kebutuhannya karena itu merupakan salah
satu pendukung utama kehidupan. Daya dukung alam tidak selamanya akan mencukupi
manusia, karena itu dibutuhkan upaya lebih. Pertama diawali dengan tawar menawar,
kemudian mengambil paksa dari pihak lainnya.
Factor media
massa, kasus Ryan (perilaku pembunuhan dan mutilasi) menjadi inspirasi dari
sebuah pembunuhan yang diikuti pemutilasian oleh Sri Rumiyati (Kompas, 10
November 2008). Rumiyati yang membunuh suaminya ternyata selalu mengikuti
perkara pembunuhan yang dilakukan oleh Ryan ketika itu banyak dibicarakan di
media massa. Oleh karena itu Rumiyati mengikuti cara Ryan untuk menghilangkan
bukti. Pengakuan Rumiyati ini merupakan pemeriksaan dari Tim Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM).
Menurut Sigmund
Freud, setiap orang mempunyai insting bawaan untuk berperilaku agresi. Agresi
merupakan derivasi insting
mati (thanatos) yang harus disalurkan untuk menyeimbangkannya dengan
insting hidup (eros). Eros dan thanatos ini harus diseimbangkan untuk
menstabilkan mental. Kemudian frustasi, frustrasi adalah terhalangnya seseorang
oleh sesuatu hal dalam mencapai suatu tujuan, kebutuhan, keinginan, pengharapan
atau tindakan tertentu. Teori hipotesis frustrasi-agresi dipelopori oleh lima
orang ahli yaitu Dollard, Doob, Miller, Mowrer, dan Sears pada tahun 1939.
Frustasi yang disebabkan situasi yang tidak menentu (uncertaint) akan memicu perilaku agresi lebih besar dibandingkan
dengan frustasi karena situasi yang menentu.
Peran Belajar
Model Kekerasan, Menurut Bandura, Baron, dan Berkowitz menyatakan bahwa
perilaku agresi merupakan hasil dari proses belajar sosial. Hal ini
bertentangan dengan pendapat Sigmund Freud yang menyatakan bahwa sejak lahir
setiap individu telah mempunyai insting agresi. Di Indonesia sendiri
beberapa waktu lalu ada acara-acara TV yang menyajikan acara khusus perkelahian
yang sangat populer seperti Smack Down. Walaupun pembawa acara berulang kali
mengingatkan penonton untuk tidak mencontohapa yang mereka saksikan namun
diyakini bahwa tontonan tersebut akan berpengaruh terhadap perkembangan jiwa
penontonnya.
Bukankah sangat
mengenaskan dunia pendidikan kita saat ini, Mahasiswa yang seharusnya
berperilaku sebagai seseorang yang mampu menengahi antara masyarakat dengan
pemerintah, yang seharusnya memiliki ahlak dan berbudi pekerti luhur justru
malah berbuat seperti layaknya orang – orang yang tidak pernah mengenyam
pendidikan sebelumnya. Bagaimana bisa kegiatan Ospek yang seharusnya menjadikan
Mahasiswa baru menjadi lebih mengerti tugas mereka kelak di Perguruan Tinggi
justru malah di berikan perlakuan seperti seseorang yang sedang mengalami
hukuman, para senior bertindak semena – mena dan jauh dari aturan yang sudah
ada. Bukannya mendidik mahasiswa baru, para senior ini justru malah berprilaku
seolah – olah mereka yang memiliki kuasa atas seluruh juniornya saat itu.
hingga mereka tak tanggung – tanggung melakukan tindakan agresi baik secara
fisik maupun verbal, hingga akhirnya terjadilah kasus seperti di ITN Malang.
Yang menyebabkan satu Mahasiswa meninggal saat pelaksanaan Ospek. Tentu saja
hal ini sangat disayangkan, agar tidak terjadi hal demikian untuk kedua kalinya
TEORI
Teori Agresi
Adler (1956)
Adler meyakini
bahwa beberapa orang yang menggunakan agresi (aggression) umtuk melindungi superioritas mereka yang berlebihan,
yaitu untuk melindungi harga diri mereka yang rapuh. Perlindungan melalui
agresi bisa berbentuk depresiasi, dakwaan, atau mendakwa diri sendiri. Misalnya
dalam kasus : Ketika senior di dalam kasus ITN melakukan tindakan agresi baik
verbal maupun fisik pada junior yang tidak mematuhi apa yang dikatakan senior
dengan maksud melindungi harga diri mereka sebagai senior.
Depresiasi (depreciation) adalah kecenderungan
untuk menilai rendah pencapaian orang lain dan meningkatkan penilaian terhadap
diri sendiri. Kecenderungan untuk melindungi semacam ini jelas terlihat dalam
perilaku agresi. Maksud dari perilaku semacam itu adalah untuk merendahkan
orang lain sehingga orang yang berbicara akan ditempatkan dengan lebih baik.
Misalnya dalam kasus : Senior merasa bahwa merekalah yang paling tahu sehingga
junior harus tunduk dan patuh kepadanya. Meskipun junior berkata benar, namun
sang senior tetap akan menilai rendah karena mereka merasa bahwa merekalah yang
lebih baik.
Dakwaan (accusation) adalah kecenderungan
menyalahkan orang lain untuk kegagalan seseorang dan untuk membalas dendam demi
melindungi harga dirinya yang lemah. Orang yang tidak sehat tanpa kecuali
bertindak untuk membuat orang lain disekitarnya menderita daripada dirinya.
Misalnya : Senior yang melakukan agresi pada juniornya memiliki motif balas
dendam karena dulu mereka juga pernah diperlakukan hal yang sama oleh senior
mereka sebelumnya. Dan dengan alasan untuk melindungi harga diri mereka,
akhirnya mereka melakukan hal yang sama kepada junior mereka saat ini.
Mendakwa diri
sendiri (self-accusation) ditandai
dengan menyiksa diri sendiri dan memenuhi diri sendiri dengan perasaan
bersalah. Beberapa orang menyiksa dirinya sendiri, termasuk didalamnya masokisme,
depresi, dan bunuh diri, sebagai cara untuk melukai orang yang dekat dengan
mereka. Rasa bersalah seringkali adalah bentuk perilaku mendakwa diri sendiri
secara agresif.
Mendakwa diri
sendiri merupakan kebalikan dari Depresiasi, bila depresiasi melakukan agresi
dengan menyakiti orang lain agar orang lain menderita bila mendakwa diri
sendiri yaitu tindakan agresi dengan cara menyakiti diri sendiri agar orang
lain menderita.
Sigmund Freud
menyatakan bahwa manusia pada umumnya memiliki 2 insting yaitu insting untuk
mati dan insting untuk hidup. Agresi terutama timbul dari keinginan untuk mati
yang kuat yang dimiliki oleh semua orang. Insting ini awalnya memiliki
tujuan self-destruction tetapi
segera arahnya dirubah keluar, kepada orang lain. Itulah sebabnya mengapa
manusia memiliki keinginan untuk menyakiti orang lain. Para sosiobiologis juga berpendapat bahwa
agresi adalah sebuah kecenderungan yang diwariskan karena dapat membantu untuk
mempertahankan hidup dan reproduksi. Agresi muncul terutama dari insting
berkelahi (fighting instinct) bawaan
yang dimiliki oleh manusia dan spesies lainnya.
Determinan
social dari agresi ada 6, yaitu:
Frustasi, Ada 2 pernyataan penting
pada hipotesis frustasi-agresi (frustassion-aggression
hypothesis) frustasi selalu memunculkan bentuk tertentu dari agresi, agresi
selalu muncul dari frustasi. Frustasi mengakibatkan terangsangnya suatu
dorongan untuk menyakiti obyek atau orang lain yang dipersepsikan sebagai obyek
frustasi. Sering kali agresi adalah hasil provokasi (provocation—tindakan oleh orang lain yang cenderung memicu agresi
pada diri si penerima, sering kali tindakan tersebut dipersepsikan berasal dari
maksud jahat—fisik atau verbal dari orang lain. Ketika kita sedang menerima
suatu bentuk agresi orang lain, kita jarang mengalah. Sebaliknya, kita
cenderung untuk membalas, memberikan agresi sebanyak yang kita telah terima.
Agresi yang
dipindahkan (displaced aggressionagresi
terhadap seseorang yang bukan sumber dari provokasi yang kuat; agresi
dipindahkan terjadi karena orang yang melakukannya tidak ingin atau tidak dapat
melakukan agresi terhadap sumber provokasi awal. Keterangsangan yang
meningkat apapun sumbernya dapat meningkatkan agresi, sebagai respons
terhadap provokasi, frustasi dan factor-faktor lain. Teori transfer
eksitasi (excitation transfer theory) adalah
suatu teori yang menyatakan bahwa keterangsangan yang dihasilkan dalam satu
situasi dapat tersisa dan memperkuat reaksi emosional yang timbul dalam situasi
berikutnya.
Teori Alam Tidak
Sadar, Sigmun Freud
Alam tidak sadar
(unconscious) menjadi tempat bagi
segala dorongan, desakan, maupun insting yang tidak kita sadari tetapi ternyata
mendorong perkataan, perasaan dan tindakan kita. Sekalipun kita sadar perilaku
kita nyata, sering kali kita tidak menyadari proses mental yang ada dibalik
perilaku tersebut. Misalnya, seseorang melakukan tindakan agresi secara verbal
tetapi tidak memahami benar – benar apa yang ia lakukan dalam tindakannya, yang
bisa saja bersifat tidak rasioanal.
Teori Id
Sebagai wilayah
– wilayah dorongan dasar (dorongan utama), id beroperasi berdasarkan proses
pertama (primary process). Oleh
karena id menggunakan kacamata kuda dalam upaya memenuhi prinsip kesenangan,
maka id bertahan dengan bergantung pada pengembangan proses sekunder (secondary process) yang membuatnya
dapat berhubungan dengan dunia luar.
Sifat Merusak
menurut Ericc Fromm
Seperti authoriatarism, sifat merusak (destructiveness) berasal dari perasaan
kesendirian, keterasingan, dan ketidakberdayaan. Namun berbeda dengan sadism dan masokisme, sifat merusak ini
tidak bergantung pada hubungan berkesinambungan dengan orang lain, melainkan
mencari jalan untuk menghilangkan orang lain. Walau demikian, dengan menghancurkan
orang atau bangsa lain, orang – orang dengan sifat merusak menghapuskan banyak
hal dari dunia luar sehingga memperoleh keterasingan dan tidak diterima dalam
masyarakat.
Beberapa
perspektif besar yang menjelaskan Agresi, yakni perspektif biologis, psikoanalisis,
behavioristik.
·
Perspektif biologis K.
Lorenz merupakan yang mempelajari manusia dalam konteks biologis. Perspektif
biologis menekankan pada tingkah laku hewan sebagai rujukan tingkah laku
manusia agresivitas manusia sama halnya agresivitas hewan dan fungsi – fungsi
alami organ tubuh
·
Perspektif
psikoanalisis Sigmun Freud, psikoanalisis melihat agresi merupakan bagian dari
insting yang merupakan bawaan alami manusia
Perspektif
behavioristik Bandura, melihat bahwa tingkah laku agresi adalah salah satu
bentuk tingkah laku yang rumit. Oleh karena itu, dibutuhkan pembelajaran yang
artinya agresivitas tidaklah alami.
KESIMPULAN
SARAN :
Ada baiknya kita
mengetahui hal – hal apa saja yang dapat dilakukan untuk pencegahan agresi,
baik secara individu maupun intuisi ada baiknya kita sebagai manusia paling
tidak membekali diri agar tidak hal yang sama dengan kasus yang telah di ambil
sebagai contoh. Memberikan Hukuman (punishment)
pemberian konsekuensi yang menyakitkan untuk mengurangi perilaku tertentu.
Hukuman harus diberikan sesegera mungkin setelah kita mengetahui adanya
kesalahan. Hukuman yang diberikan juga harus kuat, dan pasti agar kesalahan
tidak dilakukan kembali.
1. Hukuman
terkadang juga tidak begitu efektif dalam mengurangi agresi. Hipotesis katarsis
(catharsis hypothesis yaitu
pandangan bahwa menyediakan suatu kesempatan pada orang yang sedang marah untuk
mengekspresikan impuls-impuls agresif mereka dengan cara yang relative aman
akan mengurangi tendensi mereka untuk terlibat dalam bentuk agresi yang lebih
berbahaya. Namun sayangnya Hipotesis kataris ini juga kurang efektif.
2. Intervensi kognitif,
permintaan maaf pengakuan kesalahan-kesalahan yang meliputi permintaan ampun atau
maaf dan mengatasi deficit kognitif salah satunya dengan preattribution (mengatribusikan tindakan
mengganggu yang dilakukan orang lain pada penyebab yang tidak disengaja sebelum
provokasi benar-benar terjadi).
3. Teknik
lainnya adalah mencegah diri sendiri (atau orang lain) terhanyut pada kesalahan
sebelumnya, baik yang nyata maupun yang diimajinasikan. Keberadaan model non agresif
dapat berfungsi sebagai penyeimbang kekerasan terbuka yang terjadi. Pelatihan
dalam keterampilan social Teknik respons yang tidak tepat (incompatible response technique suatu teknik untuk mengurangi
agresi di mana individu dipaparkan pada kejadian atau stimulus yang menyebabkan
mereka mengalami keadaan afeksi yang tidak tepat dengan kemarahan atau agresi.
Contoh: membuat diri sendiri tertawa dengan mengingat hal yang lucu ketika
merasa sedang marah.
Daftar
Pustaka
Penakita.com (2012,
23 Juni). MOS
Jadi LOS. Apa Saja Perubahannya?. Diperoleh
05 Mei 2014. Dari http://penakita.com/mos-jadi-los-apa-saja-perubahannya/
Man 1 Kendari (2012,
03 Agustus). MOS = Kekerasan di Sekolah. Diperoleh
05 Mei 2014 dari http://mansatukendari.blogspot.com/2012/08/mos-kekerasan-di-sekolah.html?m=1
Bersosial.com (2013,
13 Desember). Ospek Mesum Hingga Jatuh Korban
ITN Malang. Diperoleh 05 Mei 2014 https://www.bersosial.com/threads/ospek-mesum-hingga-jatuh-korban-itn-malang.4049/,
Wikipedia. Masa Orientasi Siswa. Diperoleh 05 Mei
2014. Dari
Diah Permatasari (2013,
30 Maret). Senioritas di Sekolah menjadi
budaya. Diperoleh 05 Mei 2014. Dari http://diahpermatasari19.blogspot.com/2011/03/senioritas-di-sekolah-menjadi-budaya_30.html?m=1
It’s Annisa Avianti
Blog’s (2012, 13 Agustus). Agresi : Sifat
dasar, Penyebab dan pengendaliannya. Diperoleh 05 Mei 2014.http://annisaavianti.wordpress.com/2010/08/06/agresi-sifat-dasar-penyebab-dan-pengendaliannya/
Zakir Putra Sadani
(2012, 17 Januari). Psikologi Sosial
Terhadap Perilaku Agresi. Diperoleh 06 Mei 2012. Dari http://zakirputrasadani.wordpress.com/2012/01/17/psikologi-sosial-terhadap-perilaku-agresi/
#BramArdianto (2013,
11 Oktober). Mengapa Orang Melakukan
Tindakan Bully?. Diperoleh 06 Mei 2012. Dari http://bramardianto.com/mengapa-orang-melakukan-tindakan-bully.html
Lukas Siahaan
Institute ( 2012, 29 Juli). Cegah
Perponcolan. Diperoleh 06 Mei 2014. Dari https://m.facebook.com/LukasSiahaanInstitute/posts/389824944406096
Feist, Jess., Feist, J. Gregory, Theory Of Personality (2009). New York :
McGraw-Hill. P 32, 37 – 38, 236.
Sarwono, W. Sarlito,
Meinarmo, A. Eko, (2009). Psikologi
Sosial. Jakarta : Humanika. p. 152 – 156 &162.